dan lagi,

Saat aku telah menutup rapat celah untukmu, telah mengubur dalam-dalam segala jenis kenangan bersamamu, dengan cara semesta kamu kembali lagi dengan berbagai penjelasan yang kamu bawa sebagai bekal untuk menghiburku. Tunggu, apakah benar-benar menghiburku? Aku yang sudah menutup semua itu rapat-rapat berusaha untuk tidak membuat diriku berguncang karena kalimat yang sudah kamu susun rapi sebelumnya. Namun, ketika aku mendengarkan apa yang kamu ucapkan, nampaknya hati kecilku berkata bahwa kamu benar-benar kembali, kamu datang untuk menyusun mimpi yang belum sempat kita wujudkan.

Aku percaya, aku percaya kepadamu untuk kedua kalinya. Aku percaya dengan semua yang kamu katakan kepadaku, yang entah aku tidak tahu apakah itu benar-benar dari lubuk hatimu dan dengan segenap ketulusanmu. Aku tersihir begitu saja. Meskipun sisi lain dari diriku berkata, aku bodoh.

Dengan momen kedatangan itu, aku jalani hari-hariku dengan penuh semangat baru, semangat yang sempat redup beberapa waktu lalu kini kembali hadir dalam hari-hariku. Aku menjalani hari-hariku dengan segenap rasa rindu yang tidak lagi menampar aku.

Aku tertampar untuk kesekian kalinya, ketika aku kembali dihadapkan pada momen itu, momen yang sudah aku kubur dalam-dalam. Aku tidak lagi memiliki rasa percaya pada diri sendiri, aku tidak lagi memiliki semangat yang dulu selalu menemani setiap hari-hariku, dan rasa rindu itu kembali menampar aku dengan lebih keras.  Aku mengutuk diri sendiri, “Dasar manusia sok baik kamu. Kamu pikir dengan hanya percaya kamu akan dapatkan semua yang bahkan belum sempat kamu dapatkan sama sekali?”.

Namun aku sadar, mengutuk diri sendiri memang tidak ada gunanya. Aku menyadari sesuatu, bahwa ada satu posisi yang tidak akan pernah bisa aku tempati. Posisi yang selamanya hanya akan jadi angan-angan. Dan diwaktu-waktu yang lalu, posisi itu hanya redup dan menyisakan bayang-bayang, sehingga kamu merasa dapat mengisinya padahal kamu hanya menutupi bayang-bayang yang tidak akan pernah hilang dari tempatnya.

Aku tersadar, diri ini tidak sepenuhnya perlu disalahkan. Apa salahnya mengapresiasi diri sendiri? Mempercayai niat baik seseorang yang mungkin dalam prosesnya memang tidak sepenuhnya selalu utuh, membuka ruang komunikasi baru yang banyak memberikanmu wawasan baru tentang bagaimana caranya memandang kehidupan dan rasa saling toleransi satu sama lain.

Aku teringat dengan temanku yang pernah berkata bahwa, “Niat baik kita nggak selamanya diterima sama semua orang,”. Benar juga, mana ada manusia yang pernah puas? Ketika ada sesuatu yang dimana ia merasa tidak nyaman, dia akan mencari sesuatu yang jauh bisa membuat dirinya nyaman. Ini juga menjadi tamparan besar untukku. Yang terkadang belum bisa sepenuhnya menerima dengan baik segala bentuk niat baik yang datang untukku.

Teruslah berbuat baik yaa, kamu. Kita nggak akan pernah tau kebaikan mana yang akan datang untuk menolong kita di kemudian hari dari perbuatan baik yang terus kita lakukan.




Lots of love,



untuk semua yang selalu berusaha untuk terus berbuat baik,
[Rabu, 3 Juni 2020 pukul 18.52]

Komentar

Postingan Populer